Seorang teman bercerita kalau istrinya sedang marah. Lalu? Dia bingung musti bagaimana. Lalu? Dia cuekin istrinya dan malah keluar rumah, mau menghibur diri, kilahnya. Loh..terus? – Pulang, istrinya makin jutek dan tetap marah. Hahaha….rupanya dia belum mengenal sifat istri atau wanita pada umumnya.
Ada istri yang diam, menangis, sampai mengambil sikap GTM (=gerakan tutup mulut) dan tidak menegur suaminya, kalau sedang marah. Ada yang ‘ngoceh’ atau ngomel kesana kemari, tak jelas arah pembicaraannya. Ada pula yang mengekspresikan lewat Body Languge (Bahasa Tubuh) – sledot sana sledot sini, membanting pintu, sengaja meletakkan barang dengan kasar agar suaranya terdengar kemana-mana. Tujuannya…? Dia ingin suaminya tahu kalau dia sedang marah.
Memang sih, bukan hanya istri yang tidak nyaman kalau suaminya marah. Khan pada umumnya persepsi orang, suami yang tukang marah dan istri yang menjadi sasaran kemarahannya. Sebenarnya para suamipun juga merasa pusing, kalut dan bingung sendiri menghadapi istri yang lagi marah. Kalau mau dibantah, jadi makin berantem, karena istri merasa tidak dihargai pendapatnya. Kalau didiamkan kok (sepertinya) makin menjadi-jadi, karena dia merasa tidak diperhatikan; seolah suami tidak mengerti perasaannya. Serba salah!
Kemarahan seorang wanita, sesungguhnya hanya merupakan luapan emosinya semata. Bila perasaannya ‘menggiring’ dia untuk marah, maka marahlah dia. Jadi yang penting baginya, bukan siapa yang dimarahi dan mengapa dia marah, tapi it’s only a matter of bagaimana dia bisa melampiaskan emosinya. Padahal dia tahu bahwa marah berpotensi untuk mengganggu semua aktifitas rutin dia. Dan sebenarnya…. dia sama sekali tidak suka dengan kondisi ini. Sering khan kita dengar wanita berkata “Saya tidak marah kok….saya cuma…..”. Ini menunjukkan bahwa sebenarnya dia menyesal dia sudah marah. Hahaha….wanita memang suka memperumit diri sendiri. It’s natural.
Lantas….bagaimana meredam suasana hati istri yang sedang memanas tadi? Ibarat Gunung Berapi yang sudah dalam siaga 1, hawa panas sudah berembus kemana-mana….. Didiamkan? Jelas tidak mungkin toh? Bisa meledak kemana-mana, makin repot nanti. Wanita butuh response. Dibutuhkan sikap bijak dan sabar dari seorang suami. Tetap tenang dan tidak terbawa arus emosi kemarahan sang istri
Permintaan maaf dari suami (Kalau memang salah) akan meluluh lantakkan benteng hati yang sedang ‘mengeras’. Dan karena wanita memang identik dengan perasaan, maka saat dia sedang marah, dia akan berjalan jauh meninggalkan logikanya. Yang ada hanyalah perasaan dan emosi. Jadi penjelasan dengan berdebat juga bukan cara terbaik menenangkan amarah seorang wanita. Menggiring dia untuk berpikir dengan perasaannya, akan lebih efektif untuk mendinginkan suasana hatinya. Dalam keadaan ini, dia hanya ingin dimengerti. Itu saja.
Cerita teman di atas, istrinya makin marah ketika dia pulang. Jelas, karena wanita yang marah butuh seorang ‘penonton’ (sorry ya buat sesamaku wanita!!!), dia akan makin menangis jika aksi marahnya tidak ada yang menyaksikan. Tapi saya ingin meyakinkan para suami, setelah emosinya turun pada suhu aman, maka dia akan kembali menjadi begitu manis dan lembut seperti tidak terjadi apa-apa. Percaya deh, walaupun banyak yang bilang wanita sulit melupakan sakit hatinya, tapi wanita sangat ahli untuk mengobati luka hatinya sendiri. Dia tahu cara yang terbaik buat dirinya sendiri.
Dan hal utama yang perlu diketahui para istri, kalaupun suami diam saat kita marah, bukan berarti dia tidak meresponse atau tidak memperhatikan, tapi kadang kalah dia bingung bagaimana harus bersikap. Itu sebabnya seperti teman saya tadi, dia memilih untuk keluar rumah, mencari ketenangan di tempat lain, menghibur diri dengan teman-temannya atau apa saja. Asal tidak dengan wanita lain — dijauhkan Tuhan kiranya
Jadi…boleh tidak istri marah? Boleh…!!!! Asal jangan sampai kemarahan itu mengakibatkan ada benih dosa yang bertumbuh. Dikatakan “Janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu” —- Jangan biarkan amarah itu berlanjut sehingga memadamkan hangatnya cinta dalam keluarga. Ibu atau istri adalah sosok penentu yang dapat memberi warna indah dalam rumah tangga. Bila Ibu sakit, maka seluruh keluarga ikut ‘sakit’. Bila Ibu sedih, maka seluruh rumah akan berwarna ‘kelabu’. Banyak aktifitas rumah yang juga terganggu ketika seorang istri/ibu terganggu suasana hati dan emosinya
Bagi kaumku, para wanita….kekuatan supranatural – sebuah inner power yang hanya khusus diperuntukkan bagi kita, sudah Dia siapkan dari semula. Seberapapun besar luapan emosi, kita pasti bisa menahan diri. Ambil waktu jedah – sendiri. “Carilah Tuhan dan kekuatanNya, carilah wajahNya, selalu”, kata Raja Daud. Dalam ketenangan, kita akan mendapatkan kekuatan dari Tuhan. Dengan menahan diri untuk lambat berkata-kata, kita juga akan lambat pula untuk marah.
Sabar yuk, biar tidak bikin suami pusing. Anak-anakpun akan selalu merasa nyaman berada dekat ibu yang hatinya teduh, sebab amarah manusia tidak akan mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.